Skip to main content

#30 hari genap kita berpuasa dan telah menyambut Aidilfitri saling bermaaf-maafan, baik yang muda maupun yang tua guna menghapuskan kesalahan-kesalahan yang ada agar dapat memperkukuh jiwa bangsa merdeka secara bersama.

Oleh itu rakyat Patani tidak pernah surut menunaikan amanah kewajipan menentang segala bentuk cengkaman dan penindasan penjajahan Siam Thailand atas bangsa bangsa Melayu Patani yang belum bernegara. Berdasarkan semua bangsa berhak memiliki atas hak-hak kehidupan berbangsa dan bernegara sendiri tanpa terkecuali. Berpedomankan nasionalism dan patriotism berpaksikan sejarah politik, sosial dan budaya sebagai simbolik perjuangan rakyat bangsa yang berorganisasi yang cinta akan tanah air setia membela persatuan dan kesatuan “kebenaran politik” (political legitimacy) untuk memelihara kehormatan dan solidaritas akibat musibah yang menimpa rakyat Patani pada 1902.  Sikap berdikari rakyat Patani ini sedia mengorbankan segala-galanya untuk mencapai ”Wawasan Patani Merdeka”.     

Inspirasi perjuangan rakyat Patani itu terkandung dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) atau Universal Declaration of Human Rights (UDHR) 1948 M,  Pasal 1 dan 2, serta resolusi PBB No, 1514 (XV) 1960 tenteang penyerahan kemerdekaan kepada bangsa yang belum bernegara. 

Justeru dalam Prinsip Umum (General Principle) Dekelarasi Hak Asasi Manusia ASEAN (HAM ASEAN)  Phnom Penh 18 November 2012, tentang Hak Atas Perdamaian No, 38. Setiap orang dan masyarakat ASEAN memiliki hak untuk menikmati perdamaian dalam kerangka keamanan dan stabilitas, neutralitas dan kebebasan ASEAN, sehingga hak-hak yang tercantum dalam Deklarasi ini dapat diwujudkan sepenuhnya. Untuk tujuan tersebut, negara anggota ASEAN harus terus-menerus memperkuat persahabatan dan kerja sama dalam memajukan perdamaian, keharmonisan, dan stabilitas di kawasan.

Dengan itu secara langsung bangsa penjajah negara-negara anggota ASEAN, dapat mengembang dasar dan kepentingan kolonialism mereka bila diteliti prinsip umum HAM ASEAN tentang Hak-Hak Sipil Dan Politik No, 11. Setiap individu mempunyai hak atas hidup yang melekat pada dirinya yang harus dilindungi oleh hukum HAM. Tidak seorang pun dapat dirampas hak hidupnya kecuali ditentukan oleh hukum yang lain.  

Diperhatikan prinsip umum No, 11 HAM ASEAN ini tertulis ”keculi ditentukan oleh hukum lain”.  Dilihat amat bercanggah dengan DUHAM  pasal 2.  ” Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum di dalam Deklarasi ini dengan tidak ada pengecualian apa pun” seperti pembezaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun kedudukan lain. Tidak ada perbezaan atas dasar kedudukan politik, hukum atau kedudukan internasional dari negara atau daerah dari mana seseorang berasal, baik dari negara yang merdeka, yang berbentuk wilyah-wilayah pemerintahan sendiri, jajahan atau yang berada di bawah batasan kedaulatan negara bangsa yang lain.  

Kedua: Bercanggah dengan ayat (4) Pasal 1 Protokol Tambahan I, Konvensyen Geniva 1949  tentang  ”war of national liberation” atau Perang Pembebasan Nasional itu ialah;  ”termasuk konflik bersenjata di mana bangsa-bangsa (peoples) berjuang melawan dominasi kolonial (colonial domination), atau pendudukan asing (alien occupation) atau rejim rasis (racist regime) dalam rangka melaksanakan hak menentukan nasib sendiri (right of self determination), yang tercantum dalam Piagam PBB dan Deklarasi tentang Prinsip-prinsip Hukum Internasional yang mengatur tentang Hubungan Bersahabat dan Kerjasama antara negara sesuai dengan Piagam PBB”.   

Secara umum dapat difahamkan setelah Sidang Kemuncak Ketua-ketua Negara (SKKN) ASEAN kali ke-26 di Pusat Konvensyen Kuala Lumpur (KLCC) 27 April 2015 menerima pakai Deklarasi Kuala Lumpur mengenai ASEAN Berorientasikan Rakyat (Berpaksikan Rakyat), dalam rangka meningkatkan kerjasama dalam bidang politik-keselamatan, ekonomi dan sosio-budaya. Mereka bersetuju untuk mewujudkan komunitas ASEAN yang berperaturan berpaksikan rakyat, termasuk semua rakyat, pemegang kepentingan (kuasa) dan sektor masyarakat.

Mengenai politik-keselamatan, deklarasi KL menyatakan ia akan menggalakkan Suruhanjaya Antara Kerajaan ASEAN bagi HAM dan badan-badan sektor lain untuk berhubung dan berbincang secara terbaik dan membina dengan pemegang kepentingan relevan. Deklarasi KL juga turut memberi pengiktirafan kepada organisasi masyarakat awam (NGO) dalam penggalakan dan perlindungan HAM dan kebebasan asasi, menurut Deklarasi  HAM ASEAN.  

Tahun ini 2015 giliran Malaysia pula menjadi pengurusi  komunitas ASEAN untuk 5 tahun akan datang, di bawah semboyan  ”Our People, Our Community, Our Vision”. Bertemakan “ASEAN Berpaksikan Rakyat”. Komunitas Ekonomi Asean  (KEA) akan bermula sebagai pasar tunggal tahun ini. Proses persiapannya telah diambil cukup lama oleh SKKN ASEAN ke-13 pada 18-22 November 2007, di Singapura.  

Analogi rakyat Patani HAM ASEAN sebagai pendorong agenda Demokrasi untuk perdamaian:

  • Mematuhi prinsip Demokrasi menghormati DUHAM 1948 membebaskan hak asasi sipil, politik. ekonomi, sosial dan budaya bangsa-bangsa di ASEAN yang belum bernegara
  • Pemimpin Demokrasi bertanggungjawab kepada rakyat bangsa terjajah menurut arahan resolusi PBB No, 1514 (XV) 1960
  • Pemimpin Demokrasi bertanggungjawab kepada publik memanfaatkan institusi diplomatik untuk menyelesaikan permasalahan konflik penjajahan atas bangsa lain berlandaskan resolusi PBB No, 2625 tahun 1970.
  • Pemimpin Demokrasi tidak menjajah bangsa lain dan tidak bermusuhan dengan rakyat bangsa terjajah sepanjang masa.
  • Komunitas bangsa Demokrasi lebih aman dan kaya dari bangsa penjajah lain, sehingga kerajaan dan rakyat berperanan bersama menjaga infrastruktur dan sumber kekayaan alamnya.

Kesimpulan:  Pertama. Nasionalism dan Patriotism sangat penting terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara kerana wujud kecintaan dan kehormatan terhadap bangsa sendiri.

Kedua: Rakyat Patani adalah satu “bangsa” yang berjuang untuk menentukan nasib sendiri berhak mendapatkan peranannya sebagai aktor di dalam hukum antarabangsa. 

Ketiga: HAM rakyat Patani adalah arbitrasi berlandaskan DUMAM 1948 M,  Dan resolusi PBB No, 1514 (XV) 1960.

Keempat:  Harapan rakyat Patani agar bangsa serumpun ASEAN menjadi fondasi perdamaian yang bebas tanpa paksaan, menggalas konsiliasi penyelesaian damai konflik Patani, di bawah persamaan HAM dan Hukum Internasional dengan disikapi lebih moderat dan rasional bahawa ”Membagi sama adil, memotong sama panjang”.