Skip to main content

Penandatanganan Persepakatan Umum untuk Proses Dialog Damai antara wakil pemerintah Thai, Lt. Gen. Paradorn dan wakil Barisan Revolusi Nasional Melayu Patani (BRN), Ustaz Hassan Taib di ibu negara Malaysia pada tanggal 28 Februari 2013 merupakan satu kejutan besar bagi masyarakat Patani di Thailand Selatan. Peristiwa bersejarah ini sekali gus membuka ruang politik bagi semua pihak yang selama ini ditindas oleh hukum-hukum istimewa yang bersifat melanggar HAM termasuk Undang-undang Darurat Militer (Martial Law) dan Dikri Darurat (Emergency Decree) yang diberlakukan sejak tercetusnya konflik berdarah di Patani sejak tahun 2004. Namun begitu, berikutan penandantangan tersebut, perbincangan berkenaan isu-isu yang sebelum ini dianggap sebagai pantang (tabu) bisa dilakukan secara terbuka di ruang publik, termasuk isu hak untuk menentukan nasib sendiri, sejarah Patani, soal pelanggaran HAM, penyalahgunaan kuasa aparat keamanan dan sebagainya.

 

Pada tanggal 31 Mei pada tahun yang sama, hanya tiga bulan setelah itu, masyarakat tempatan juga sekali lagi dikejutkan dengan keputusan Mahkamah Agung untuk memenjarakan seorang aktivis tempatan, Anuwar Ismail yang digugat atas kasus pembunuhan. Kasusnya sudah dibicarakan, dan gugatan oleh jaksa tidak dikabulkan oleh mahkamah propinsi dan mahkamah tinggi karena buktinya terlalu lemah. Walaupun begitu, mahkamah agung, dalam perbicaraan yang sangat singkat, telah memutuskan bahwa Anwar bersalah (sekali gus membatalkan keputusan-keputusan mahkamah sebelumny), dan Anwar sendiri pun dipenjarakan di Penjara Pusat Propinsi Patani. Penderitaan bagi keluarga yang terpaksa menunggu selama lebih tiga tahun sebelum beliau dibebaskan.

 

Kasus pembunuhan ini ada belasan tersangka yang tergugat, dan menurut isterinya Anwar, beliau tidak mengenali ‘teman-teman’ yang digugat bersama-sama dengan beliau sebelum ini, tetapi berkenalan dalam kamar kurungan semasa investigasi dilakukan oleh pihak polisi. Cara perbicaraan juga dipertikaikan oleh organisasi-organisasi HAM termasuk juga pihak UNHRC Thailand. Namun begitu, oleh karena kasusnya sudah sampai ke penghujung, maka tiada jalan lagi untuk membalikkan keputusan mahkamah tersebut.

 

Keputusan mahkamah agung juga mendapatkan perhatian dari masyarakat tempatan, dan teman-teman aktivis juga menjalankan kampanye ‘Free Anwar’ yang juga mendapat sambutan yang luas. Kampanye tersebut diterajui oleh seangat yang berkobar-kobar, tetapi jelas menunjukkan beberapa kelemahan yang harus diperbaiki oleh aktivis tempatan, termasuk juga kurangnya kekonsistenan, tidak jelasnya pendirian hukum untuk berlawan, juga strategi, rencana dan tujuan kampanye dan pengorganisiran. Akhirnya kampanye tersebut pun tidak dapat mencapai matlamant yang dikehendaki. Ini harus dijadikan satu pembelajaran bagi semua pembela HAM di Patani.

 

Satu perkara yang amat menonjol dalam hal ini ialah kesabaran Romlah, istri Anwar. Tentu sekali jiwanya diuji dengan peristiwa yang dahsyat ini, tetapi beliau tidak pernah menunjukkan kelemahan kepada orang luar. Setelah suaminya dipenjarakan, beliau berpindah tempat tinggal ke rumah mertuanya. Beliau membuka warung kopi untuk membantu keuangan keluarga mertua yang bernama Bunga Raya. Anwar menginisiatifkan usaha untuk menjadikan bunga raya sebagai lambang kedamaian di Patani. Di rumahnya juga ditanam banyak pohon bunga raya, dan bunganya sentiasa mekar bagaikan pembebasan tuan punya idea.

 

Kedua mertua Romlah (orangtua Anwar) juga menghidapi penyakit kronikal masing-masing, dan selalu dimasuki hospital. Ibunya juga perlu menjalani operasi (pembedahan) jantung pada tahun yang lalu. Pada semua kesempatan ini, Romlah setia menemani mertuanya, menggantikan tugas yang tidak dapat dilaksanakan oleh anak lelakinya yang dipenjarakan.

 

Memang pemenjaraan suami merupakan satu peristiwa yang terlalu pahit untuk diterima, tetapi ini pernah menyelamatkan Anwar. Ketika Anwar sedang berada di penjara, terjadi satu kasus tembakan sami dan orang sipil di Kabupaten (Daerah) Mayo. Kabupaten ini berhampiran dengan kabupaten rumah Anwar, Yaring. Rumah Anwar pula terletak benar-benar di sebelah Kantor Polisi Kabupaten Yaring. Setelah beberapa bulan tembakan ini berlaku, Romlah dah keluarga suaminya didatangi oleh aparat kepolisian, dan diminta untuk mengambil sampel DNA. Romlah bertanya kenapa. Kata aparat kepolisian, suaminya antara suspek dalam tembakan tersebut yang berlaku di Kabupaten Mayo. Ini sudah melampau. Romlah menerangkan kepada aparat bahwa ketika peristiwa itu berlaku, suaminya sudah dipenjarakan lebih dari setahun. Bagaimana mungkin orang yang dipenjarakan bisa meloloskan diri dari penjara, menembak sami dan dua orang sipil, kemudain meloloskan diri sekali lagi untuk memasuki penjara semula? Di samping itu, rumahnya memang terletak di sebelah kantor polisi. Bagaimana polisi tidak tahu kedudukan suaminya?

 

Setelah peristiwa ini berlaku, Romlah pernah menceritakan kepada saya bahwa memang dinding penjara yang selama ini hanya dianggap sebagai penghalan kebebasan Anwar, rupa-rupanya menjadi pelindung keselamatan Anwar. Saya hanya bisa menyebut Allahu Akbar atas apa yang telah terjadi, karena seandainya Anwar masih bebas, dan dikaitkan dengan kasus tembakan sami dan orang sipil seperti ini, hukumannya tentu jauh lebih berat (hukuman mati atau penjara seumur hidup)...

 

Hari ini, tanggal 7 Januari 2017 Anwar sudah dikeluarkan daripada penjara, dan Romlah sekali lagi dapat bersama dengan suami tercintanya setelah lebih dari 3 tahun menanggung derita ketiadaan suaminya. Beliau juga ernah menceritakan hasratnya untuk mengadakan jamuan pernikahannya semula, karena dia terpaksa dipisahkan dengan suaminya hanya setelah beberapa bulan sahaja bersama di dunia luar. Saya yakin tiada orang yang membangkang idea yang bagus ini. Saya dan teman-teman hanya menunggu kartu undangan.

 

Saya amat gembira dengan pembebasan Anwar, tetapi ini bukan penghujung kisah ketidakadilan di Patani, karena masih ada sejumlah manusia yang dipenjarakan atas bukti yang lemah, proses peradilan yang dicurigai, dan juga atas paksaan. Romlah juga pernah memberitahu bahwa kampanye untuk Anwar bukan untuk dia seorang, tetapi juga bagi mereka yang mengalami nasib yang sama dengannya. Dengan demikian, perjuangan untuk menuntut keadilan harus diteruskan. Kita merayakan kemenangan hari ini, bukan sebagai penghujung perjuangan, tetapi permulaan bagi perjuangan yang baru.

 

Selamat kembali ke dunia luar, sahabatku Anwar. Sayangilah istrimu yang selama ini memikul beban yang luar biasa. Semoga pasangan ini kekal abadi, dan menjadi contoh bagi semua orang yang menuntut keadilan. Kami menunggu kartu undangan ‘majlis pernikahan’ semula yang bakal diadakan.